Sebelum menuliskan proses kelahiran penulis mengajak para pembaca untuk memerhatikan situs kramat peninggalan Sunan Gunung Jati. Mulai dari situs tapak kaki hingga lubang tanah di sekitar makam menjadi bukti kramat yang tidak bisa diganggu atau dihilangkan. Sebelumnya penulis terlebih berkirim surat Fatihah kepada Sunan Gunung Jati. Semoga tulisan ini kelak mendapat ridha dari Allah SWT.
Berdasarkan rasa ingin tahu yang besar siapakah sosok yang sesungguhnya Sunan Gunung Jati. Berdasarkan cerita terutama dari Ibu saya yang menceritakan secara mendetail yang dicocokan dengan situs kramat di sekitar makam Sunan Gunung Jati. Seorang tokoh waliyullah besar di tanah Jawa semoga Allah merahmatinya. Perlu diketahui dan pembaca juga sudah mafhum ayahanda Sunan Gunung Jati yang bergelar Sultan Muhammad Abdullah di Mesir. Sedangkan ibunda dari Sunan Gunung Jati adalah puteri kerajaan Padjajaran Prabu Siliwangi yang bernama Rara Santang.
Dikisahkan istri dari raja Sulthan Muhammad Abdullah meninggal dunia. Maka sang raja memerintahkan para punggawa mencari pengganti yang sama persis dari rupa, akhlak dan tingkah lakunya seperti istri pertama. Berdasarkan informasi ada seorang perempuan yang sama persis yaitu di tanah Jawa, tepatnya di Cirebon.
Singkat cerita perempuan yang bernama Rara Santang tersebut tidak menerima begitu saja keinginan dari Raja Mesir tersebut. Rara Santang meminta mahar pada raja bukan sebuah materi tetapi sebuah keinginan besar agar masyarakat Jawa bisa menganut paham agama Islam. Mahar keinginan yang besar membuat raja menjadi prihatin bahwa perempuan luar biasa agung dan luhur. Rasa cinta sang Raja yang begitu besar, menjadi paham betul bahwa ini atas izin dan kehendak Allah.
Sang Raja yang juga berilmu tinggi tidak memberanikan diri terkecuali atas izin Allah. Tanpa berhubungan badan dan rasa perihatin karena adanya misi besar. Rara Santang telah hamil hanya dari memandangnya saja. Hamil dan lahirnya bayi tersebut sang raja menjadi sangat perihatin dan bertambah tawaduk akan kekuasaan Allah SWT.
Bayi yang lahir tersebut langsung dikirim ke tanah Jawa sehingga ada bekas pijakan tanah yang berbeda. Pijakan di Jawa tersebut itulah menjadi tempat kramat yang dimuliakan oleh Allah SWT. Pengiriman bayi dari Makkah menuju Jawa tersebut bersinar terang di malam hari hingga menembus langit. Para nelayan di pesisir pantai bertanya-tanya akan cahaya yang terang benderang mendatangi letak cahaya.
Penduduk setempat mendapati seorang bayi kecil yang kemudian diserahkan kepada Syech Subang Larang untuk merawatnya. Bayi tersebut inilah yang menjadi tokoh pembesar di tanah Jawa bagian barat yaitu Cirebon.
Berbicara Sunan Gunung Jati masih banyak cerita mulai dari ukiran keramik China hingga jejak kaki di tanah Cirebon. Semoga Allah merahmati dan memberi hidayah kepada kita semua. Wallahu a'lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar