Kamis, 29 Juni 2017

Proses Kelahiran Waliyullah Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah

Sebelum menuliskan proses kelahiran penulis mengajak para pembaca untuk memerhatikan situs kramat peninggalan Sunan Gunung Jati. Mulai dari situs tapak kaki hingga lubang tanah di sekitar makam menjadi bukti kramat yang tidak bisa diganggu atau dihilangkan. Sebelumnya penulis terlebih berkirim surat Fatihah kepada Sunan Gunung Jati. Semoga tulisan ini kelak mendapat ridha dari Allah SWT.

Berdasarkan rasa ingin tahu yang besar siapakah sosok yang sesungguhnya Sunan Gunung Jati. Berdasarkan cerita terutama dari Ibu saya yang menceritakan secara mendetail yang dicocokan dengan situs kramat di sekitar makam Sunan Gunung Jati. Seorang tokoh waliyullah besar di tanah Jawa semoga Allah merahmatinya. Perlu diketahui dan pembaca juga sudah mafhum ayahanda Sunan Gunung Jati yang bergelar Sultan Muhammad Abdullah di Mesir. Sedangkan ibunda dari Sunan Gunung Jati adalah puteri kerajaan Padjajaran Prabu Siliwangi yang bernama Rara Santang.

Dikisahkan istri dari raja Sulthan Muhammad Abdullah meninggal dunia. Maka sang raja memerintahkan para punggawa mencari pengganti yang sama persis dari rupa, akhlak dan tingkah lakunya seperti istri pertama. Berdasarkan informasi ada seorang perempuan yang sama persis yaitu di tanah Jawa, tepatnya di Cirebon.

Singkat cerita perempuan yang bernama Rara Santang tersebut tidak menerima begitu saja keinginan dari Raja Mesir tersebut. Rara Santang meminta mahar pada raja bukan sebuah materi tetapi sebuah keinginan besar agar masyarakat Jawa bisa menganut paham agama Islam. Mahar keinginan yang besar membuat raja menjadi prihatin bahwa perempuan luar biasa agung dan luhur. Rasa cinta sang Raja yang begitu besar, menjadi paham betul bahwa ini atas izin dan kehendak Allah.


Sang Raja yang juga berilmu tinggi tidak memberanikan diri terkecuali atas izin Allah. Tanpa berhubungan badan dan rasa perihatin karena adanya misi besar. Rara Santang telah hamil hanya dari memandangnya saja. Hamil dan lahirnya bayi tersebut sang raja menjadi sangat perihatin dan bertambah tawaduk akan kekuasaan Allah SWT.

Bayi yang lahir tersebut langsung dikirim ke tanah Jawa sehingga ada bekas pijakan tanah yang berbeda. Pijakan di Jawa tersebut itulah menjadi tempat kramat yang dimuliakan oleh Allah SWT. Pengiriman bayi dari Makkah menuju Jawa tersebut bersinar terang di malam hari hingga menembus langit. Para nelayan di pesisir pantai bertanya-tanya akan cahaya yang terang benderang mendatangi letak cahaya.

Penduduk setempat mendapati seorang bayi kecil yang kemudian diserahkan kepada Syech Subang Larang untuk merawatnya. Bayi tersebut inilah yang menjadi tokoh pembesar di tanah Jawa bagian barat yaitu Cirebon.

Berbicara Sunan Gunung Jati masih banyak cerita mulai dari ukiran keramik China hingga jejak kaki di tanah Cirebon. Semoga Allah merahmati dan memberi hidayah kepada kita semua. Wallahu a'lam bisshowab.

Sabtu, 24 Juni 2017

Have a Nice Ied Al Fitr Para Pemudik



Tradisi mudik perlu dirasakan bersama keluarga besar di halaman rumah asal. Kerinduan setelah merantau jauh terbayar dengan adanya momen lebaran. Saling berma'af-maafan bertanya kabar pada sanak kerabat dan famili.

Perlu dirasakan setahun sekali berkumpul sekaligus menjadikan amal ibadah. Bersilaturrahmi mempererat tali persaudaraan dan menghilangkan prasangka buruk. Semoga masih diberi umur panjang untuk lebaran tahun depan.

Bagi yang belum mudik karena terbentur biaya pulang moga bisa bermudik tahun depan. Dilancarkan rezekinya. Perjalanan mudik menjadi terasa menyenangkan karena orang-orang ramai di sepanjang perjalanan. Hanya satu tujuan yaitu ingin bertemu keluarga yang ada di kampung.

Perjuangan dalam perjalanan panjang tuntas dibayar bertemu sanak keluarga. Memohon doa restu orang tua baik yang masih ada maupun yang sudah meninggal. Semoga perjalanan hidup ke depan diperlancar lagi rizkinya.

Deru semarak takbiran di masjid kampung menjadi indah dengan kebersamaan keluarga yang komplit. Anjuran agama untuk selalu mempererat hubungan keluarga menjadi penting silaturrahmi.

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaa ha illa allahu akbar
Allahu akbar wa lillahilham.



Sabtu, 17 Juni 2017

Ide Pendirian Provinsi Karisidenan Cirebon Apakah untuk Memajukan Keraton Cirebon

Sebelum berbicara perumusan pendirian provinsi Cirebon. Ada baiknya menelusuri latar belakang asal usul Cirebon. Cirebon sangat dikenal akan walisanga yang bernama Syech Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati mempunyai peranan besar dalam mengislamkan wilayah Sunda Paku Parakan. Sebuah wilayah yang sangat subur, pemandangan hijau dan angin semilir karena karunia Allah S.W.T.

Sunan Gunung Jati sepulang dari Mesir yang singgah ke Makkah, Gujarat, dan Champa. Sunan Gunung Jati ingin mendharma baktikan pada Negara Mawacara, Bumi Mawaciri.

Ketika ada problem di masyarakat Kanjeng Sunan Gunung Jati, menggunakan ilmu kanugaran tingkat tinggi. Sunan Gunung Jati memiliki murid yang bernama Nyi Mas Ganda Sari.

Ada sayembara, siapa yang bisa mengalahkan Nyi Mas Ganda Sari akan jadi suaminya. Nyi Mas Ganda Sari ingin menguji kesaktian. Datang seorang pemuda berambut panjang yg tidak bisa terpotong. Sunan Gunung Jati yang berdiri disampingnya mengerti akan keinginan pemuda yang ingin memotong rambut yang panjang hingga ke tanah. Gunung jati langsung pergi seketika itu pula rambut panjang pemuda itu terpotong.

Pemuda itu tertarik ikut sayembara Nyi Mas Ganda Sari, seorang murid Gunung Jati itu kalah dengan pemuda itu. Hingga Nyi Mas Ganda Sari lari dan pemuda yg mengejar itu kaget ketika bertemu dengan seorang yang telah memotong rambutnya. Pemuda itu bernama Syech Magelung yang akhirnya menikahi Nyi Mas Ganda Sari.

Ketika Gunung Jati menyisir wilayah ditemui sekelompok orang yang sedang menggali tanah. Kelompok orang ini mencari air, karena sudah lama terjadi kekeringan di wilayah itu. Dengan ilmu yang dimiliki Sunan Gunung Jati berhasil mendatangkan air dengan sekali usapan pada dinding galian.

Ada seorang suami yang menuduh istrinya yang buncit tertelah berbuat serong. Istri tersebut mengelak bahwa dirinya tidak berbuat demikian ketika berbicara dengan Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati pun membenarkan bahwa perempuan ini tidak hamil hanya saja sedang sakit. Sunan Gunung Jati pun menyembuhkan penyakit yang ada di dalam perempuan tersebut.

Pengangkatan Gunung Jati oleh wilayah Padjajaran ternyata memiliki maksud untuk penarikan upeti. Ketika Cirebon, diminta bayar Upeti, Sunan Gunung Jati sebagai pimpinan menolak, tanpa Upeti Cirebon memiliki hub darah/bathin dengan kerajaan Padjajaran.

Penarikan zakat yang tidak seberapa bagi yang mampu disalurkan kembali zakat itu pada yang tidak mampu. Kebijakan pemerintah Gunung Jati ini membawa kemajuan pesat di bandingkan wilyah Pasundan lain. Sehingga membuat iri bagi daerah-daerah yang disekitarnya.

Ketika Kerajaan Galuh meminta upeti ke kerajaan Cirebon. Eyang Pati dari Kuningan siap berperang melawan kerajaan Galuh. Datang pula Nanda Sultan Trenggono Putera Demak. Cirebon meminta bantuan Demak utk menyerang Prabu Cakra Ningrat (Raja Galuh).

Terjadi kesulitan peperangan yang dipimpin Kuningan dan Demak dalam melawan Prabu Cakra Ningrat. Gunung Jati pun kembali memanggil Nyi Mas Ganda Sari, suami dari Syech Magelung. Utusan seorang perempuan untuk mengatur siasat dengan mengelabuhi Prabu Cakra Ningrat (Raja Galuh).

Raja Galuh hanya bisa tertawa terbahak-bahk ketika yang dikirim adalah seorang perempuan yang cantik. Nyi Mas Ganda Sari berpura-pura berkhianat pada pemerintahan kerajaan Cirebon. Nyi Mas Ganda Sari mencoba memancing kerahasiaan kesaktian yang dimiliki Raja Galuh. 

Ketika sedang memijat-mijat Raja Galuh berdalih tidak akan bisa masuk seorang musuh ke dalam Istananya.selama Gendala Sakti masih digenggamannya. Saat itu pula raja Galuh tertidur dan terbangun mendapati Gendala Sakti yang hilang. Hilangnya Gendala Sakti, kerjaan Galuh luluh lantah oleh serangan pemerintahan kerajaan Cirebon.

Melihat banyaknya mayat yang mati baik dari rakyat Gunung Jati dan rakyat Raja Galuh Gunung Jati mengatakan mereka semua mati syahid sesuai keyakinannya masing-masing. Sunan Gunung Jati pun berpesan sepeninggalan ini wajib atas kalian untuk berbuat kebajikan dan keadilan pada keluarga kerabat, sanak saudara dan siapa saja. Gunung Jati menitipkan fakir miskin dan masjid kuharap kalian melaksanakan. 

Berdasarkan runtutan cerita yang di atas ada beberapa penggagas yang termotivasi untuk pendirian provinsi Cirebon ada dari perjuangan Gunung Jati. Sayangnya Cirebon ada tiga pimpinan akibat kebijakan Belanda. Seiring berjalannya waktu kini keraton-keraton yang di Cirebon semakin tidak terurus. Bisa dilihat dari keadaan sekarang yang sangat berbeda dengan keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakata maju karena Yogyakarta dijadikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rabu, 14 Juni 2017

Jakarta-Cirebon

Puisi

Kesendirianku sirna
Lamanya waktu
Tak ada rasa sedikitpun pada mu
Sirna arahan cinta

Serasa menanti adanya hidup
Tak kunjung datang
Sayang aku perlu disayang

Akan jarak ini,
Terus mencari jawaban
Hingga terlelap

Sadarpun Aku
Masih saja bego
Sayang

Haruskah kumaki diriku sendiri
Yang tak pintar membaca situasi

Kekhasan mana yang harus aku nanti
Apakah ada pesimisku
Kuterlelap kembali

Jejak Langkah yang Pergi

Puisi

Kelapa Dua, 2017

Merenungi keadaan
Kau pergi jauh tak kembali
Mengais rizki tanpa arahan
Jarangnya sentuhan kasih

Semakin liar nyalimu menjauh
Pergi jauh pulang tak pasti
Kau sendiri merasa bingung
Mencari pertanda yang tak terkendali

Apa salahku pergi jauh
Maafku untukmu sayang
Yang besar tanpa sentuhanmu
Merasa asing di rumah sendiri

Harus hidup seperti apa
Jika ada keinginan besar
Harus aku pupuskan itu
Beri petunjuk untuk menentramkanmu
sayang

Zaman telah berubah

Beri sedikit kesabaran
Maafkanku sayang,
Jika mimpi-mimpimu membawa kebenaran
Doakan aku saja selalu

Ini skenario Tuhan
Aku sudah mengambil beberapa langkah
Pahamilah jejak-jejak ini
Semoga Engkau tabah
Semoga Aku hadir di pemkamanmu

Sayang mengertilah
Janganlah mengeluh
Niscaya ada umur panjang
Berduduk santai

Sayang inilah arti hidup
Ingatkah ketika aku kehilangan bapak
Marahku padamu tak tebendung
Sayang.

Marah tanpa arah.

Selasa, 13 Juni 2017

Bangsa Indonesia Lupa Mempribumisasikan Nilai-Nilai Pancasila

Bravo Indonesia! Barvo! Go Indonesia? Indonesia Pasti Bisa!

Sengaja penulis mengawali tulisan ini, karena penulis ingin memberi kabar gembira bukan berbagi kelesuan.

Pancasila, Bhinneka Tungga Ika, NKRI dan UUD 1945 dari empat tugas itu mari kita koreksi bersama-sama. Apakah ke-empat itu sudah berjalan semua, saya rasa ada yang mengatakan sudah dan juga tentu ada yang mengatakan belum. Tapi sudahlah dari perdebatan siapapun pembaca.
Sebagai pemiliki tulisan ini, penulis punya sebuah argumen sendiri bahwa dari empat itu masih berjalan setengah-setengah. Masih terus berproses. Ok, lah dua sudah jalan seperti UUD 1945 dan NKRI masih ada sampai sekarang meskipun satu wilayah lepas yaitu Timor-Timur pada zamannya Habibie.

Duanya lagi yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika bagaimana cara menerapkannya bingungkan? Ambil contoh satu Pancasila. Menerapkan dalam artian hal yang mendasar dari jaminan apakah Pancasila akan terus ada? Jika tidak ada langkah konkrit untuk mewarisi Pancasila niscaya 10 tahun lagi atau satu abad lagi Pancasila akan menjadi seperti ideologi komunis yang hancur.

Ok lah Pancasila sudah ada di Indonesia sudah berjalan 72 tahun, tapi ingatlah bahwa Pancasila masih bertahan sekarang ini satu karena peranan besar pemerintah Soekarno. Presiden pertama tersebut sebagai perumus lima nilai Pancasila. Kemudian pemerintahan presiden Soeharto yang terkenal dengan gencar sosialisasi Pancasila. Pancasila benar-benar diperkenalkan hingga ke masyarakat kecil disuruh menghafal hingga pembacaan Pancasila di upacara hari Senin. Itu pun untuk para pelajar, untuk orang awam mana ada buat ibu rumah tangga/kuli bangunan untuk membaca seminggu sekali?

Adapun butir-butir Pancasila menurut Tap MPR No. I/MPR/2003. Jika dari TAP MPR ini ada yang bertugas merealisasikan sudah pasti kegaduhan dalam negeri tidak akan terjadi. Indonesia tentunya fokus urusan Internasional akan berjalan mulus. Sayangnya lagi-lagi belum ada yang bertugas fokus merealisasikan TAP MPR/2003 ini. Berikut ini perincian penjelasan Pancasila.


Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
  1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
  6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
  7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
  1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
  3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
  4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
  5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
  6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
  7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
  10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga: Persatuan Indonesia
  1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
  3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
  4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
  5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
  6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
  7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran / perwakilan
  1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
  2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
  3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
  4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
  5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
  6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
  7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
  8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
  9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
  10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
  1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
  2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
  3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
  4. Menghormati hak orang lain.
  5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
  6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
  7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
  8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
  9. Suka bekerja keras.
  10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
  11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Kemudian Pasca Reformasi Taufiq Kiemas merumuskan seminar empat pilar yang sempat menjadi acungan jempol di kalangan akademik. Beberapa penilitian tentang Pnacasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD dikaji kembali. Perlunya melahirkan kembali semangat empat pilar. Seminar-seminar ini dijalankan para pejabat MPR. Setelah posisi MPR disamakan dengan lembaga-lembaga lain seperti DPR, Presiden, MA dst di pasca reformasi.

Kini sekarang gaung Pancasila kembali pudar tidak lagi memiliki taring. Orang-orang kritis pun seakan bosan membicarakan Pancasila, benarkah begitu? Terlebih adanya gangguan luar perongrong Pancasila yaitu gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Pancasila sebagai sesuatu yang Thogut. Dimana hati para pembaca seakan gagap/bingung harus membela. Seakan-akan kehilangan arah karena ketidak-ada kreativitas para pemikir yang berjiwa Pancasila. Hingga akhirnya gencar pembelaan "Aku Pancisla" di era Jokowi ini yang terus diviralkan. Maksudnya apa-apaan lagi ini? Saya rasa gaung Aku Pancasila sebentar lagi lenyap, buktinya sekarang apa masih ada viral itu?

Siapa para pembela Pancasila, masyarakat kah? Lembaga kah? Pemerintah kah? Mana tidak ada sama sekali. Pemerintah hanya menjalankan tugasnya masih-masing, begitu juga dengan masyarakat sibuk untuk mencari kebutuhan hidup. Para akademisi sibuk mengerjakan tugas-tugasnya, dosen sibuk cari donatur penelitian/kerjaan lain. Sesungguhnya tidak ada pembela Pancasila yang sejati di negeri ini. KPK, Polisi, ABRI, DPR, BNPT, sudah memiliki tugas masing-masing. Jika pun ada sebgian komunitas/kelompok masyarakat yang mempromosikan Pancasila ke negara lain tapi mana hasilnya? Apakah negara yang dipromosikan manganut Pancasila/Empat Pilar? Gak kan?

Saya rasa pembaca yang berpikir kritis ayo rumuskan bareng-bareng, bagaimana Pancasila bisa membumi hingga ke masyarakat kecil. Sosialisasi sudah, seminar sudah, mempromosikan atau jualan Pancasila yang dilakukan para dubes sudah. Tapi kondisi di dalam negeri sendiri masih ada loh yang meragukan nilai-nilai Pancasila. Silahkan koreksi diri sendiri.

Saran penulis Pancasila sudah seharusnya masuk pada ranah aktualisasi konkrit yaitu harus ada suatu lembaga/badan/komisi khusus untuk mempribumisasikan Pancasila. Misal penulis beri nama Badan Penggerak Empat Pilar (BPEP) yang bergerak layaknya seperti KPK/BNPT yang diberi anggaran khusus sebagaiman lembaga pemerintahan lainnya. Dengan begitu nanti akan lahir sebuah sistem baru yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Menampung semua kebutuhan, kelompok suku, ras, agama atau ideologi lain untuk berkumpul dan berdiskusi di lembaga baru ini. Dari sini dapat membendung paham-paham radikal dari golongan yang akan menghancurkan Pancasila.

Layaknya sebuah opini publik yang terwadahi dalam sebuah lembaga baru yang mana kesalahan yang terjadi tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Contoh kesalahn konkrit adalah ketika kubu Nasionalis dan kubu Islam selalu bentrok di awal pasca kemerdekaan yang pada akhirnya kembali redam pada masa Soekarno dan Soeharto. Sekarang muncul lagi pada Pilkada 2017 DKI yang mencolok pada pemilihan pemimpin muslim atau non muslim. Masyakarat seakan-akan bingun atau sudah lupa adanya pendirian negara ini. Hal yang seperti ini harusnya tidak diperdebatkan lagi. Marilah berpikir ke depan jangan sibuk bentrok di urusan dalam negeri. Tugas negara ini masih ada yaitu turut serta dalam perdamaian dunia, sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945.

Silahkan ide seperti ini diambil dan dikembangkan oleh para pembaca yang budiman. Bahwa negara Indonesia harus tetap ada untuk generasi yang akan datang. Indonesia negara yang besar, jangan dipecahkan seperti negara-negara Eropa, Timur Tengah dan Amerika. Mari jaga wilayah NKRI ini jangan sampai terlepas satu per satu. Salam Indonesia.