Pertama kali Mengenal Gus Dur
Maluana
Ghazali[1]
Sebagai
seorang laki-laki yang dilahirkan di kota Cirebon. Di kampung halaman saya
dibesarkan dalam kehidupan tradisi santri. Ibu saya memondokan anak-anaknya di
pesantren, baik laki-laki maupun perempuan. Hingga suatu saat saya iri ingin
mondok melihat kedua kakak perempuan saya mondok. Pernah terbesit waktu kecil
saya inginbercita-cita jadi seorang Kiai. Terlihat wibawa dan kharisma melihat
Kiai kampong dan kealimannya. Jadi saya memaksa ibuku untuk dipondokkan secara
cepat.
Singkat
cerita akhirnya saya pun mondok ketika duduk dibangku kelas tiga SD di Kota
Pekalongan. Sempat kecewa ternyata saya dititipkan di panti asuhan, tapi dengan
sistem seperti pesantren karena tidak ada tempat pesantren untuk umur yang
masih kecil saat itu. Awal yang sangat menyenangkan hingga tiba suatu saat
Ustadz yang disiplin dalam hafalan hadits itu dikeluarkan oleh Yayasan. Saya
merasa bukan lagi tinggal dipondokkan tapi hanya tinggal di sebuah yayasan yang
tidak lagi seketat pesantren. Setelah saya duduk dibangku SMP saya ingin pindah
pondokkan tapi dari pihak Yayasan menahan saya, dengan alasan yang tidak jelas.
Tapi dari pengasuh pihak yayasan lain memberi kesempatan saya untuk jadi santri
kalong saja di tempat pondokkan kakak saya.
Semua
berjalan sepertia biasa, yang mana saya belum mengenal sama sekali tentang Gus
Dur. Padahal saya dibesarkan dalam lingkungan tradisi nahdiyin dan habaib waktu
di Pekalongan. Hingga disaat saya duduk di kelas dua IPS SMAN 1 SMA favourite
Pekalongan itu mengadakan diskusi pelajaran sosiologi mengenai permasalahan
soasial dan kebijakan pemerintah
Hingga
akhirnya menyangkut kebijakan Gus Dur, yang saat itu saya belum mengenal siapa
Gus Dur. Adapun bila saya mendengar namanya saya tidak terlalu ngeh hanya selintas saja. Dalam diskusi
kebijakan UU pornografi dan porno aksi saya yang dahulunya menganut nilai-nilai
mayoritas haruslah yang mendominasi minoritas. Nilai itu tentu saja tidak
sepaham dengan pemikiran Gus Dur, karena saya sedikit dapat pengaruh dari
yayasan tersebut.
Lain
tema dalam diskusi yang mana saya jadi simpatisan Gus Dur secara tidak langsung
saya membela Gus Dur mengenai kebijakan tersebut. Kubu kontra mengatakan bahwa
Gus Dur habisin anggaran negara, suka jalan-jalan keluar negeri. Disaat itu
saya angkat tangan tidak bisa menjelaskan, tapi diskusi tersebut saya katakan dengan
pemikiran positivism bahwa Gus Dur pergi ke banyak luar negeri tentu punya
maksud dan tujuan baik sebagai seorang president yang ingin bangun Republik
Indonesia.
Setelah
diskusi itu selesai dilain pertemuan, Guru SMA saya menjelaskan semua jawaban
yang belum terjawab mengenai permasalahan sosial tersebut. Hingga menjawab
kebijakan Gus Dur yang penuh kontraversi, Guru itu bilang ia dapat informasi
dari orang-orang terdekat Gus Dur yang menjelaskan secara terperinci dibalik
siasat Gus Dur yang tidak harus diketahui banyak orang saat itu.
Mulai
saat itulah saya mengenal Gus Dur meskipun dalam perkenalan yang begitu singkat
mengenai kebijakan Gus Dur. Ketika itu, kondisi Indonesia pada tahun 1998-1999
dalam keadaan krisis moneter yang sangat akut. Guru saya memprediksi bahwa pada
saat itu akan tamat riwayat yang namanya negara Indonesia. Negara Indonesia
hanya akan menjadi dongeng buat anak cucu kita.
Saat
itu Indonesia tidak hanya dilanda penyakit politik saja tapi juga penyakit
sosial, ekonomi, budaya yang menular bagaikan virus yang mematikan, kata Guru
saya. Hal itu dibuktikan saat pemerintahan Presiden BJ Habibi yang mana Timor
Timur akhirnya lepas dari NKRI. Tak lama kemudian Gus Dur memegang jabatan
sebagai Presiden Indonesia yang diperkirakan Indonesia akan terpecah-pecah itu
tidak terjadi di masa kepemimpinannya.
Ternyata
dibalik berpergiannya itu Gus Dur mengunjungi negara dengan paham-paham
ideologi yang sangat berbeda. Mulai dari ideologi komunis pergi ke negara
China, ideologi liberal pergi ke Amerika, ideologi monarki kerajaan pergi ke
banyak negara Eropa hingga ideologi wahabi pergi ke Arab Saudi, bahkan negara
Israil dikunjungi. Anggran perjalanan ke berbagai yang sebesar itu tiada
artinya dan akan lebih penting anggaran sebesar itu untuk menjaga keutuhan
suatu bangsa yang bernama NKRI. Bahwa NKRI itu harga mati yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi kata Gus Dur.
Di
banyak negara Gus Dur menjalankan siasat politiknya yang terkenal cerdas
tersbut untuk melunasi semua hutang negara. Terbukti di massa kepemimpinannya
NKRI menjadi sejahtera kembali rupiah yang tadinya sekitar belasan ribu rupiah
per dolar menjadi turun hingga Rp. 4.500 per dolar kata Guru Saya. Papua,
Maluku, Aceh dan daerah lainnya yang akan memisahkan diri dari NKRI kini masih
tetap dalam kawasan satu kesatuan NKRI. Negara ini adalah negara yang besar dan
kuat bila kita semua bersatu yang harus dipertahankan, kata Gus Dur.
Kemudian
guru saya juga menjelaskan tentang kasus-kasus yang mengenai kontroversial Gus
Dur disaat dijatuhkan dari jabatan presiden mengenai kasus bulog. Hingga
pembelaanya terhadap Inul dengan goyangannya bahwa ada sisi lain bagaimana
menyikapi permasalahan sosial dengan cara yang baik. Mulai saat itulah saya
percaya bahwa Gus Dur adalah orang yang sangat bijak dibalik kontroversialnya
yang menumbuhkan rasa cinta saya pada NKRI sekaligus sebagai seorang muslim
sejati.
Meskipun
saya terkagum-kagum dengan sosok Gus Dur ini saya tidak dapat berjumpa secara
langsung dengan Gus Dur. Hanya saat itu saja saya akhirnya saya mengenal Gus
Dur dan ingin mengenal lebih dalam tentang Gus Dur. Suatu saat saya pernah
berpikir bahwa saya akan bertemu dengannya. Tapi apa yang terjadi, tiba kabar
berita duka pada tahun 2009 dalam siaran televisi memberitakan kepergian
president Gus Dur. Saat itulah ada rasa sedikit syok di hati meskipun saya baru
kenal Gus Dur yang hanya dalam ruangan kelas SMA.
Hingga
akhirnya saya kuliah sampai sekarang, secara tidak langsung dalam proses
perjalanan kuliah ternyata, saya diarahkan untuk mengenal Gus Dur. Mulai dari
program Sanlat Sukses Masuk PTN di Semarang, hingga masuk perguruan tinggi
negeri favourit dimana yayasan saya tidak menduganya. Di PTN favourit itu
berkat saran panitia Sanlat hati-hati masuk organisasi Islam, akhirnya saya
masuk PMII saja berkat saran panitia yang juga taat sama Kiai. Ternyata di PMII
inilah saya akhirnya mengenal dan membuka cakrawala pikiran saya mengenai
pemikiran, lingkungan, dan kehidupan Gus Dur lebih dalam. Proses hidup untuk mengetahui
Gus Dur terjadi begitu saja secara alami tanpa ada paksaan bahwa kamu harus
mengenal Gus Dur.