Peranan
Negara Iran, Israel, Rusia dan Amerika
Masih sebuah asumsi atau emang benar realita yang terjadi. Wilayah Asia bagian Timur tengah ibarat papan catur. Arena pertarungan yang sangat strategis bagi negara-negara besar. Mereka semua memainkan peranan untuk mengobjek wilayah ter-strategis se dunia.
1
Pernanan
negara Iran diterangkan dalam situs kumparan.com dari sebuah percakapan seorang
narasumber yang enggan disebutkan namanya. Seorang pejabat Iran yang bercerita
di awal Mei 2017, belakangan negaranya kian dekat dengan Qatar --salah satu
sekutu Arab Saudi di Timur Tengah. Qatar dan Iran meningkatkan kerja sama
perdagangan bilateral, termasuk ekspor-impor minyak. Iran ingin menunjukkan kepada
dunia bahwa Iran tidak berkonflik dengan negara-negara Suni lain di jazirah
Arab, dan kami ingin buktikan bahwa akar konflik ini bukan karena Suni-Syiah.
Iran mayoritas syiah juga membantu Palestina yang Sunni.
2
Sebulan
kemudian disusul pertikaian terjadi baru-baru ini 5 Juni 2017 setalah setengah
bulan KTT Arab Islamic American Summit 21 Mei 2017. Disinyalir Raja Salman bin
Abdulaziz Al Saud dan Presiden John Donald Trump secara resmi sehari sebelum
acara KTT. Menandatangani sebuah kontrak penjualan senjata buatan Amerika
Serikat ke Arab Saudi dengan nilai 350 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 4,5
kuadriliun dalam lingkup waktu 10 tahun.
3
Dalam laman
sindonews.com (6/6/2017) Wakil Kepala Staf Presiden Iran, Hamid Aboutalebi
menyebut keputusan Arab Saudi merupakan hasil awal dari kunjungan Presiden AS
Donald Trump ke Arab Saudi pada bulan lalu. “Apa yang terjadi saat ini adalah
hasil awal dari tarian pedang,” tulisnya di Twitter. Sewaktu berkunjung ke Arab
Saudi, Trump dan pihak Kerajaan Saudi sempat menggelar tarian pedang.
4
Di saat
banyak pihak menyesalkan keputusan Arab Saudi cs memutuskan hubungan diplomatik
dengan Qatar, Israel justru menyambutnya. Israel menyebut keputusan itu membuka
luas kesempatan terjalinnya aliansi antiteror dengan negara-negara Teluk Arab.
Detik.com (6/6/2017) Seperti dilansir AFP, Selasa (6/6/2017), Israel selalu
menghadapi perlawanan dalam upayanya meningkatkan hubungan dengan negara-negara
Arab, karena pendudukannya atas wilayah Palestina selama 50 tahun terakhir. Menteri
Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, memuji keputusan sejumlah negara Teluk
untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Menurutnya, hal itu menjadi
peluang bagi Israel untuk bekerja sama dengan negara-negara Arab dalam melawan
terorisme. Dalam website kiblat.net (6/6/2017)
5
Amerika
Serikat meminta negara-negara Teluk bersatu, menyusul aksi Arab Saudi dan tujuh
negara lain yang memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, Senin lalu. Menteri
Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerso di sela-sela kunjungan ke Austrlia
yang dilansir Al Jazeera (5/6/2017) dalam Tempo.co (6/6/2017). Menurutnya
pecahnya hubungan antara negara-negara Teluk itu memiliki dampak signifikan
pada perjuangan terpadu melawan terorisme di wilayah tersebut atau secara
global.
6
Mengomentari keputusan
sejumlah negara untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, Kremlin
menyatakan situasi "stabil dan damai" adalah kepentingan Rusia di
Teluk Arab. Dmitry Peskov, dikutip Reuters, Senin (5/6) dalam cnnindonesia.com. Rusia
berharap masalah yang terjadi antara Qatar dan sejumlah negara Arab saat ini
tidak mempengaruhi upaya melawan terorisme.
Geopolitik
Sebelumnya, insiden pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar
pernah terjadi pada tahun 2014 ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain
memanggil pulang Duta Besar mereka dari Qatar. Alasannya, ketiga negara itu
menuding Qatar mendukung Presiden Mesir terguling, Mohamad Mursi dan kelompok
terlarang Ikhwanul Muslimun (IM). Alasan Mesir dijatuhkan karena IM ingin
memberlakukan formalisasi agama dalam tingkatan negara, sama yang diperjuangkan
oleh kelompok ekstrimis radikal. Dibalik pendukung IM ini adalah adanya
kepentingan agenda Amerika yang sebelumnya menjatuhkan presiden Husni Mubarak.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif menyerukan
Qatar dan negara-negara tetangga Teluk Arab yang telah memutuskan hubungan
diplomatik dengan Qatar agar terlibat dalam dialog untuk menyelesaikan
permasalahan mereka. Tetangga adalah permanen; geografi tak bisa diubah.
Pemaksaan tak pernah menjadi solusi.
Adapun geopolitik di Timur Tengah terhadap pemetaan negara-negara
Arab sangat erat kaitannya dengan berbagai elemen diantaranya:
1
Sistem
pemerintahan Kerjaan seperti Arab Saudi, dst, Kedua sistem pemerintahan
demokrasi seperti Iran, Qatar dst.
2
Karakteristik
masyarakat mayoritas muslim yang terbagi menjadi dua golongan besar yaitu
muslim Sunni dan muslim Syiah.
3
Perbedaan
kekayaan sumber daya alam seperti gas dan minyak bumi hampir separuh minyak
dunia berasal dari kawasan ini. Bila mengikuti kajian strategis Deep Stoat "If
you would understand world geopolitic today, follow the oil," karena minyak sebagai salah satu sumber
energi terbesar.
4
Kondisi
Geografis negara Timur Tengah yang beriklim panas memengaruhi pada watak yang
berkarakter keras. Mudah terpancing konflik dalam melahirkan gerakan ekstrimis
dan terorisme.
Qatar sebagai negara yang gencar dalam menjalankan sistem
demokrasi yang terinspirasi dari negara Iran. Padahal Qatar yang mayoritas
warganya sunni yang sangat berbeda dengan Iran mayoritas Syiah. Sama hal nya
dengan negara Arab Saudi yang mayoritas sunni tapi menjalankan sistem
kepemerintahan kerajaan monarki.
Kronologi
Pemicu Putusnya Hubungan diplomatik
1
Dikabarkan,
pemicu awalnya adalah tulisan di kantor berita Qatar, Qatar News Agency, pada
24 Mei lalu. Dalam tulisan itu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani,
dilaporkan berpidato dalam sebuah upacara militer, menyebutkan bahwa Iran
adalah “kekuatan besar” yang mesti diperhitungkan di Timur Tengah. Pernyataan
Emir ini juga dikutip dalam news-ticker siaran stasiun televisi Qatar, namun
tanpa menampilkan cuplikan pidato. Dalam kutipan itu, Emir mengatakan: “Iran
mewakili kekuatan regional dan Islam yang tidak bisa diabaikan, dan tidak
bijaksana jika melawan mereka. Iran adalah kekuatan besar dalam stabilitas di
kawasan.” Dalam berita itu, Emir juga mengatakan Qatar tengah bersitegang
dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sedang disudutkan di
negaranya karena berhubungan dengan Rusia.
2
Pernyataan
ini membuat Arab Saudi dan negara-negara Teluk berang. Pasalnya, Iran adalah
rival mereka dalam berebut pengaruh di kawasan. Bukan rahasia lagi jika Saudi
dan Iran berseberangan dalam berbagai konflik di Timur Tengah, seperti di Yaman
dan Suriah.
3
Kemarahan
Saudi diperparah dengan cuitan di akun Twitter Menteri Luar Negeri Qatar
Mohammed bin Abdulrahman al-Thani yang mengatakan Qatar akan menarik duta besar
dari negara-negara tetangga, termasuk Mesir, Kuwait, dan Arab Saudi.
4
Akibat
pemberitaan itu, Saudi dan Uni Emirat Arab langsung memblokir seluruh media
Qatar, termasuk yang terbesar, Al-Jazeera.
5
Pemerintah
Qatar kemudian mengklaim bahwa pemberitaan itu tidak benar. Menurut mereka,
kantor berita Qatar telah diretas dan ditulisi berita hoax mengatasnamakan
Emir. Untuk membuktikan klaimnya, Qatar bahkan menyatakan siap mendatangkan
penyidik dari Amerika Serikat.
Dalam situs islamindonesia.id melalui media Saudi, pejabat Arab
mengatakan bahwa Saudi “tidak akan menoleransi pembangkangan seperti itu, jika
disengaja, terutama jika berhubungan dengan Iran.” Media Saudi juga tidak
peduli dengan klaim Qatar tersebut. Para komentator mengatakan, jika benar itu
peretasan, toh kutipan itu sejatinya memang mewakili pandangan sebenarnya dari
pemimpin Qatar.
Sebuah cerita lama yang kembali diungkit dalam tulisan opini di
Saudi Gazette, pengamat dan pengusaha Hussein Shobokshi. Menuliskan bahwa sikap
pro-Ikhwanul Muslimin, Iran, dan Hizbullah, telah ditunjukkan sejak Sheikh
Tamim bin Hamad al-Thani memperoleh kekuasaan dari ayahnya.
Dampak terhadap Indonesia, Asia Tenggara
a. Masalah Serius:
Tidak adanya klarifikasi dari kedua negara sebelum memutuskan
hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Qatar. Indonesia menginginkan
semuanya pihak bisa menahan diri serta memprioritaskan dialog serta rekonsiliasi
untuk merampungkan problem ini, "kata Juru Bicara Kemenlu, Arrmanatha
Nasir lewat info tertulisnya, Selasa (6/6/2017). Langkah tersebut seolah
tergesa-gesa dilakukan oleh Arab dan sekutunya tanpa adanya mediasi. Seakan
dilakukan secara sengaja untuk menciptakan kegaduhan antar negara dari
pemutusan hubungan diplomatik. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini
dipandang sebagai perpecahan serius antara negara-negara kuat di Teluk, yang
juga merupakan sekutu-sekutu dekat Amerika Serikat.
b. terorisme yang semakin meluas:
Ditegaskan Ghasemi, meningkatnya ketegangan di antara
tetangga-tetangganya itu "tidak menguntungkan pemerintahan manapun di
wilayah tersebut dan mengancam kepentingan semua pihak di masa-masa ketika
dunia tengah mengalami terorisme dan ekstremisme yang luas" seperti
serangan di Inggris, Filipina dan Australia yang baru saja terjadi.
c. Kesatuan Antar Negara Teluk:
Liga Arab menyesalkan putusnya hubungan diplomatik antara Qatar
dengan negara-negara Arab. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Liga Arab, Ahmed Aboul
Gheit, menyerukan negara-negara yang berkonflik untuk mengatasi setiap
perbedaan dan tetap bersatu. Lebih lanjut, Aboul Gheit yang merupakan mantan
Menteri Luar Negeri Mesir,bersatu dalam melawan ancaman yang muncul terhadap
keamanan nasional mereka.
d. Kenaikan harga minyak:
Pemutusan hubungan diplomatik ini membuat harga minyak mentah
dunia melonjak. Jumat pekan lalu, harga minyak dunia sempat melorot ke angka
$46,5 per barel. Hari ini, setelah pemutusan hubungan diplomasi diumumkan,
harga minyak naik ke angka lebih dari $48,3 per barel (lihat infografik). Angka
itu tak lebih baik dari dua pekan lalu dan pekan-pekan sebelumnya di bulan Mei
tahun ini memang. Tetapi jauh lebih baik dari penutupan akhir pekan lalu.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira memprediksi harga minyak akan terus
naik jika konflik ini terus berkepanjangan. Ia menengarai ada faktor
kesengajaan dan konflik ini. “Banyak pipa Aramco yang melewati Qatar, kalau ada
konflik bisa mengganggu distribusi minyak. Atau di sisi lain, konflik sengaja
diciptakan untuk mendongkrak harga minyak,” katanya kepada Tirto, Senin (5/6).
Menurut Bhima, kalau harga minyak tidak naik ke harga $50 per barel, defisit
keuangan Arab Saudi akan makin parah.
Indonesia diperkirakan terkena dampak, terutama dari sisi naiknya
harga minyak. Dampak positifnya, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari
sektor migas akan naik karena harga membaik. Tetapi, di sisi lain, harga jual
BBM ke masyarakat juga akan naik dan naiknya harga minyak akan memicu melejitnya
inflasi.
e. Rute Penerbangan:
Tahun lalu maskapai penerbangan Qatar Airways menduduki peringkat
pertama. Tahun ini, Qatar Airways posisi ke peringkat kedua. Penerbangan
transportasi udara dalam websitenya, Qatar Airways memasang pengumuman bagi
jamaah umrah dari Indonesia atau negara lain yang bunyinya sebagai berikut:
“Qatar Airways telah menangguhkan semua penerbangan ke Kerajaan
Arab Saudi, UEA, Kerajaan Bahrain dan Mesir sampai pemberitahuan lebih
lanjut. Semua pelanggan yang memesan penerbangan
yang terpengaruh akan diberikan pilihan alternatif, termasuk opsi pengembalian
dana penuh untuk tiket yang tidak terpakai dan rebooking gratis ke tujuan
jaringan Qatar Airways yang terdekat.”
Langkah yang dilakukan, salah satunya yaitu memindahkan para
penumpang tersebut ke maskapai lain, di antaranya 20 jamaah sudah diterbangkan
dengan Saudi Airlines dan 45 lainnya dengan Garuda Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar