Kamis, 10 Agustus 2017

Dampak dari Konflik Pemutuskan Diplomatik Arab Saudi vs Qatar



Peranan Negara Iran, Israel, Rusia dan Amerika

Masih sebuah asumsi atau emang benar realita yang terjadi. Wilayah Asia bagian Timur tengah ibarat papan catur. Arena pertarungan yang sangat strategis bagi negara-negara besar. Mereka semua memainkan peranan untuk mengobjek wilayah ter-strategis se dunia.
 
1        Pernanan negara Iran diterangkan dalam situs kumparan.com dari sebuah percakapan seorang narasumber yang enggan disebutkan namanya. Seorang pejabat Iran yang bercerita di awal Mei 2017, belakangan negaranya kian dekat dengan Qatar --salah satu sekutu Arab Saudi di Timur Tengah. Qatar dan Iran meningkatkan kerja sama perdagangan bilateral, termasuk ekspor-impor minyak. Iran ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Iran tidak berkonflik dengan negara-negara Suni lain di jazirah Arab, dan kami ingin buktikan bahwa akar konflik ini bukan karena Suni-Syiah. Iran mayoritas syiah juga membantu Palestina yang Sunni.
2        Sebulan kemudian disusul pertikaian terjadi baru-baru ini 5 Juni 2017 setalah setengah bulan KTT Arab Islamic American Summit 21 Mei 2017. Disinyalir Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Presiden John Donald Trump secara resmi sehari sebelum acara KTT. Menandatangani sebuah kontrak penjualan senjata buatan Amerika Serikat ke Arab Saudi dengan nilai 350 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 4,5 kuadriliun dalam lingkup waktu 10 tahun.
3        Dalam laman sindonews.com (6/6/2017) Wakil Kepala Staf Presiden Iran, Hamid Aboutalebi menyebut keputusan Arab Saudi merupakan hasil awal dari kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Arab Saudi pada bulan lalu. “Apa yang terjadi saat ini adalah hasil awal dari tarian pedang,” tulisnya di Twitter. Sewaktu berkunjung ke Arab Saudi, Trump dan pihak Kerajaan Saudi sempat menggelar tarian pedang.
4        Di saat banyak pihak menyesalkan keputusan Arab Saudi cs memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, Israel justru menyambutnya. Israel menyebut keputusan itu membuka luas kesempatan terjalinnya aliansi antiteror dengan negara-negara Teluk Arab. Detik.com (6/6/2017) Seperti dilansir AFP, Selasa (6/6/2017), Israel selalu menghadapi perlawanan dalam upayanya meningkatkan hubungan dengan negara-negara Arab, karena pendudukannya atas wilayah Palestina selama 50 tahun terakhir. Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, memuji keputusan sejumlah negara Teluk untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Menurutnya, hal itu menjadi peluang bagi Israel untuk bekerja sama dengan negara-negara Arab dalam melawan terorisme. Dalam website kiblat.net (6/6/2017)
5        Amerika Serikat meminta negara-negara Teluk bersatu, menyusul aksi Arab Saudi dan tujuh negara lain yang memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, Senin lalu. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerso di sela-sela kunjungan ke Austrlia yang dilansir Al Jazeera (5/6/2017) dalam Tempo.co (6/6/2017). Menurutnya pecahnya hubungan antara negara-negara Teluk itu memiliki dampak signifikan pada perjuangan terpadu melawan terorisme di wilayah tersebut atau secara global.
6        Mengomentari keputusan sejumlah negara untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, Kremlin menyatakan situasi "stabil dan damai" adalah kepentingan Rusia di Teluk Arab. Dmitry Peskov, dikutip Reuters, Senin (5/6) dalam cnnindonesia.com. Rusia berharap masalah yang terjadi antara Qatar dan sejumlah negara Arab saat ini tidak mempengaruhi upaya melawan terorisme.

Geopolitik
Sebelumnya, insiden pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar pernah terjadi pada tahun 2014 ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain memanggil pulang Duta Besar mereka dari Qatar. Alasannya, ketiga negara itu menuding Qatar mendukung Presiden Mesir terguling, Mohamad Mursi dan kelompok terlarang Ikhwanul Muslimun (IM). Alasan Mesir dijatuhkan karena IM ingin memberlakukan formalisasi agama dalam tingkatan negara, sama yang diperjuangkan oleh kelompok ekstrimis radikal. Dibalik pendukung IM ini adalah adanya kepentingan agenda Amerika yang sebelumnya menjatuhkan presiden Husni Mubarak.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif menyerukan Qatar dan negara-negara tetangga Teluk Arab yang telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar agar terlibat dalam dialog untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Tetangga adalah permanen; geografi tak bisa diubah. Pemaksaan tak pernah menjadi solusi.
Adapun geopolitik di Timur Tengah terhadap pemetaan negara-negara Arab sangat erat kaitannya dengan berbagai elemen diantaranya:
1        Sistem pemerintahan Kerjaan seperti Arab Saudi, dst, Kedua sistem pemerintahan demokrasi seperti Iran, Qatar dst.
2        Karakteristik masyarakat mayoritas muslim yang terbagi menjadi dua golongan besar yaitu muslim Sunni dan muslim Syiah.
3        Perbedaan kekayaan sumber daya alam seperti gas dan minyak bumi hampir separuh minyak dunia berasal dari kawasan ini. Bila mengikuti kajian strategis Deep Stoat "If you would understand world geopolitic today, follow the oil," karena minyak sebagai salah satu sumber energi terbesar.
4        Kondisi Geografis negara Timur Tengah yang beriklim panas memengaruhi pada watak yang berkarakter keras. Mudah terpancing konflik dalam melahirkan gerakan ekstrimis dan terorisme.
Qatar sebagai negara yang gencar dalam menjalankan sistem demokrasi yang terinspirasi dari negara Iran. Padahal Qatar yang mayoritas warganya sunni yang sangat berbeda dengan Iran mayoritas Syiah. Sama hal nya dengan negara Arab Saudi yang mayoritas sunni tapi menjalankan sistem kepemerintahan kerajaan monarki.

Kronologi Pemicu Putusnya Hubungan diplomatik
1        Dikabarkan, pemicu awalnya adalah tulisan di kantor berita Qatar, Qatar News Agency, pada 24 Mei lalu. Dalam tulisan itu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, dilaporkan berpidato dalam sebuah upacara militer, menyebutkan bahwa Iran adalah “kekuatan besar” yang mesti diperhitungkan di Timur Tengah. Pernyataan Emir ini juga dikutip dalam news-ticker siaran stasiun televisi Qatar, namun tanpa menampilkan cuplikan pidato. Dalam kutipan itu, Emir mengatakan: “Iran mewakili kekuatan regional dan Islam yang tidak bisa diabaikan, dan tidak bijaksana jika melawan mereka. Iran adalah kekuatan besar dalam stabilitas di kawasan.” Dalam berita itu, Emir juga mengatakan Qatar tengah bersitegang dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sedang disudutkan di negaranya karena berhubungan dengan Rusia.
2        Pernyataan ini membuat Arab Saudi dan negara-negara Teluk berang. Pasalnya, Iran adalah rival mereka dalam berebut pengaruh di kawasan. Bukan rahasia lagi jika Saudi dan Iran berseberangan dalam berbagai konflik di Timur Tengah, seperti di Yaman dan Suriah.
3        Kemarahan Saudi diperparah dengan cuitan di akun Twitter Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani yang mengatakan Qatar akan menarik duta besar dari negara-negara tetangga, termasuk Mesir, Kuwait, dan Arab Saudi.
4        Akibat pemberitaan itu, Saudi dan Uni Emirat Arab langsung memblokir seluruh media Qatar, termasuk yang terbesar, Al-Jazeera.
5        Pemerintah Qatar kemudian mengklaim bahwa pemberitaan itu tidak benar. Menurut mereka, kantor berita Qatar telah diretas dan ditulisi berita hoax mengatasnamakan Emir. Untuk membuktikan klaimnya, Qatar bahkan menyatakan siap mendatangkan penyidik dari Amerika Serikat.
Dalam situs islamindonesia.id melalui media Saudi, pejabat Arab mengatakan bahwa Saudi “tidak akan menoleransi pembangkangan seperti itu, jika disengaja, terutama jika berhubungan dengan Iran.” Media Saudi juga tidak peduli dengan klaim Qatar tersebut. Para komentator mengatakan, jika benar itu peretasan, toh kutipan itu sejatinya memang mewakili pandangan sebenarnya dari pemimpin Qatar.
Sebuah cerita lama yang kembali diungkit dalam tulisan opini di Saudi Gazette, pengamat dan pengusaha Hussein Shobokshi. Menuliskan bahwa sikap pro-Ikhwanul Muslimin, Iran, dan Hizbullah, telah ditunjukkan sejak Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani memperoleh kekuasaan dari ayahnya.
 
Dampak terhadap Indonesia, Asia Tenggara
a. Masalah Serius:
Tidak adanya klarifikasi dari kedua negara sebelum memutuskan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Qatar. Indonesia menginginkan semuanya pihak bisa menahan diri serta memprioritaskan dialog serta rekonsiliasi untuk merampungkan problem ini, "kata Juru Bicara Kemenlu, Arrmanatha Nasir lewat info tertulisnya, Selasa (6/6/2017). Langkah tersebut seolah tergesa-gesa dilakukan oleh Arab dan sekutunya tanpa adanya mediasi. Seakan dilakukan secara sengaja untuk menciptakan kegaduhan antar negara dari pemutusan hubungan diplomatik. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dipandang sebagai perpecahan serius antara negara-negara kuat di Teluk, yang juga merupakan sekutu-sekutu dekat Amerika Serikat.
b. terorisme yang semakin meluas:
Ditegaskan Ghasemi, meningkatnya ketegangan di antara tetangga-tetangganya itu "tidak menguntungkan pemerintahan manapun di wilayah tersebut dan mengancam kepentingan semua pihak di masa-masa ketika dunia tengah mengalami terorisme dan ekstremisme yang luas" seperti serangan di Inggris, Filipina dan Australia yang baru saja terjadi.
c. Kesatuan Antar Negara Teluk:
Liga Arab menyesalkan putusnya hubungan diplomatik antara Qatar dengan negara-negara Arab. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyerukan negara-negara yang berkonflik untuk mengatasi setiap perbedaan dan tetap bersatu. Lebih lanjut, Aboul Gheit yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Mesir,bersatu dalam melawan ancaman yang muncul terhadap keamanan nasional mereka.
d. Kenaikan harga minyak:
Pemutusan hubungan diplomatik ini membuat harga minyak mentah dunia melonjak. Jumat pekan lalu, harga minyak dunia sempat melorot ke angka $46,5 per barel. Hari ini, setelah pemutusan hubungan diplomasi diumumkan, harga minyak naik ke angka lebih dari $48,3 per barel (lihat infografik). Angka itu tak lebih baik dari dua pekan lalu dan pekan-pekan sebelumnya di bulan Mei tahun ini memang. Tetapi jauh lebih baik dari penutupan akhir pekan lalu.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira memprediksi harga minyak akan terus naik jika konflik ini terus berkepanjangan. Ia menengarai ada faktor kesengajaan dan konflik ini. “Banyak pipa Aramco yang melewati Qatar, kalau ada konflik bisa mengganggu distribusi minyak. Atau di sisi lain, konflik sengaja diciptakan untuk mendongkrak harga minyak,” katanya kepada Tirto, Senin (5/6). Menurut Bhima, kalau harga minyak tidak naik ke harga $50 per barel, defisit keuangan Arab Saudi akan makin parah.
Indonesia diperkirakan terkena dampak, terutama dari sisi naiknya harga minyak. Dampak positifnya, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor migas akan naik karena harga membaik. Tetapi, di sisi lain, harga jual BBM ke masyarakat juga akan naik dan naiknya harga minyak akan memicu melejitnya inflasi.
e. Rute Penerbangan:
Tahun lalu maskapai penerbangan Qatar Airways menduduki peringkat pertama. Tahun ini, Qatar Airways posisi ke peringkat kedua. Penerbangan transportasi udara dalam websitenya, Qatar Airways memasang pengumuman bagi jamaah umrah dari Indonesia atau negara lain yang bunyinya sebagai berikut:
“Qatar Airways telah menangguhkan semua penerbangan ke Kerajaan Arab Saudi, UEA, Kerajaan Bahrain dan Mesir sampai pemberitahuan lebih lanjut.  Semua pelanggan yang memesan penerbangan yang terpengaruh akan diberikan pilihan alternatif, termasuk opsi pengembalian dana penuh untuk tiket yang tidak terpakai dan rebooking gratis ke tujuan jaringan Qatar Airways yang terdekat.”
Langkah yang dilakukan, salah satunya yaitu memindahkan para penumpang tersebut ke maskapai lain, di antaranya 20 jamaah sudah diterbangkan dengan Saudi Airlines dan 45 lainnya dengan Garuda Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar