Selasa, 10 Maret 2015

Arti Cinta II

Saat lari-lari pagi di waktu kelas SD, aku masuk SD swasta di kota perantauan

 yang memiliki hari libur berbeda. Tiba suatu tempat dimana aku ingin mengenal seseorang. Tepat di jalanan rel ada seorang perempuan seragam sekolah melihatiku terus. Dari arah kejauhan hingga berpapasan terus saling pandang. Aku ingin pastikan lagi setelah saling memunggungi. Aku menoleh ke belakang dia pun saat itu juga melihatku.
Hanya sekedar memandang tidak ada tindak lanjut dari pertemuan itu. Aku biarkan semuanya berlalu. Meskipun ingin coba untuk lari-lari pagi kembali yang bisa saja dapat bertemu lagi.
Lulus SD aku masuk kelas SMP swasta antara kelas perempuan dan laki-laki dipisah. Suatu kebiasaan yang ku ingat adalah berdiri di depan kelas. Melihat suasana jam istirahat, di lapangam teman yang bermain bola. Di bawah pohon para perempuan duduk asik mengobrol baik yang senior maupun yang sepantaran. Ternyata ada seorang perempuan yang melihatiku dari kejauhan. Yang berwajah elok memiliki sedikit bayangan di mata dan berwajah putih. Teman perempuan juga melihat ke arahku ketika dia berhenti berbicara dengan mereka. Padahal jarak yang sangat berjauhan sekitar belasan meter dari arah tempat berdiri di lantai dua. Saya rasa apa yang aku lihat tidak ada seorang perempuan yang melihat. Tatapan yang memberi arti kesenangan di hati. Sekedar melihat seperti sudah jatuh cinta. Sedikit tangkapan penglihatan pada wajah itu yang seperti memberi rasa cinta. Asyik aja jika saling melihat itu sudah membuatku cukup. Apakah ini sebuah cinta? Saya masih beranggapan tatapan itu bukan buatku mungkin buat kelas atau sesuatu lingkungan yang di ada di belakangku.
Hari esoknya kusempatkan membeli jajanan di kantin sebelum ku berdiri di tempat biasa. Setelah kulihat ternyat ada juga perempuan lain yang berbeda kelompok mungkin juga suka melihat saya. Mencoba menghindar lebih baik di dalam kelas. Ada rasa suka yang harus terbagi-bagi. Meskipun aku tidak tahu siapa saja namanya. Kejadian yanf terus terulang sampai ada seorang perempuan menanyakan namaku ketika pulang sekolah dari kejauhan. Temanku lebih dulu menjawab memberi tahu namaku dengan berteriak. Ada juga yang menitipkan salam buatku. Ada juga yang menuliskan surat kaleng di buku tugasku ketika aku ambil di ruang guru.
Kejadian aneh yang sulit dimengerti. Mereka hanya memberi umpan tapi tidak mau menariknya, membiarkan umpan habis begitu saja. Cinta yang dibiarkan lewat.

Arti Cinta

Mengenal cinta adalah ibarat bensin atau tenaga untuk terus berjalan. Sewaktu duduk untuk pertama kalinya di bangku SD ku lihat ke depan seorang anak perempuan tersenyum melihatku. Ku buang pandangan tapi dia terus memandangi dan terus tersenyum. Aku ingin memastikan bahwa senyuman itu untuku. Saat itu pula aku mengenal arti suka menyukai yang terus aku pendam. Senyuman yang memberi hiburan, senyuman yang menyemangatiku. Setiap detik dia terus memandangiku dan tersenyum. Tiada teman pun yang tahu. Teman sekelas tahu cintanya bukan denganku. Aku pun coba mendekati dengan menuliskan di kertas sobekan Dia love Dia. Lalu aku masukkan ke dalam tasnya. Dia menolak dengan senyuman lepas sambil mendorong kertas sobekan di tangan, aku pun ikut tersenyum.
Kejadian itu hanya sekali namun terus terkenang seakan berkali-kali. Aku pernah beritikad hanya dia satu-satunya untuk aku kenal. Hingga tiba saatnya aku pindah ke luar kota tanpa memberitahu dia. Sebelum aku pergi kusempatkan mencari tahu dimana rumahnya dia. Selama itu aku selalu pulang sekolah dengan arah yang berlawanan. Dia begitu sempurna untuk perempuan yang aku kenal pertama kalinya. Mungkin dia tidak tahu siapa saya karena aku tidak pernah ngobrol bareng. Selain itu biar tidak ada yang tau karena aku tidak ingin mengganggu teman sekelas bahwa aku dan dia saling suka.
Dikota pindahan itu aku terus menjaga perasaanku untuk tidak menyukai perempuan lain. Aku pergi tanpa meninggalkan pesan ataupun jejak sedikitpun. Cukup mengetahui letak rumahnya saja sudah berarti.
Di kota perantauan aku mempunyai banyak teman hingga akhirnya menanyakan siapa cewekku. Aku hanya tersenyum dan menyembunyikan siapa perempuan yang terus ku ingat wajahnya. Aku bilang aku tidak punya cewek. Teman itu tertawa dengan rasa percaya diri nya, tidak mungkin aku tidak punya cewek.
Lulus SD SMP aku terus mengingat wajahnya meskipun ku kenal perempuan lain. Hingga aku mencoba untuk mencintai perempuan lain sewaktu kelas XII SMA. Aku menyukai banyak cewek. Ketika lulus SMA dan aku melanjutka ke universitas Jakarta aku putuskan cewek itu. Dari situ aku memainkan banyak perasaan seorang perempuan. Aku punya alasan yang tidak bisa diceritakan.
Di dunia kampus aku terus menjaga apa yang aku lihat. Ada seorang senior cewek yang meng-ospek in yang ga jadi marah ketika melihatku datang terlambat. Cewek itu memberi kesempatan temannya untuk memarahiku. Dia memilih untuk menjauhiku. Apakah dia menyukaiku, aku pun juga tidak tahu persisnya. Tidak mungkin cewek itu menyukaiku karena dia terlihat sangat sempurna. Wajahnya terlihat sangat familiar seperti pernah melihatnya mungkin di salah satu stasiun tv.
Dari semua yang terjadi aku biarkan semuanya. Hingga hilangnya semangat untuk terus menghirup setiap udara. Tapi masih mencoba mencari sebuah arti dibalik tarikan dan hembusan nafas.